Senin, 10 Februari 2014

BAB VII. MEMAHAMI PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING)





A.    Pendahuluan
pada bagian ini akan dibahas mengenai salah satu bentuk, teknik, atau mungkin juga disebut model pembelajaran yang dalam beberapa waktu belakangan ini tidak asing lagi didengar dan semakin mendapat perhatian serius dari dunia pendidikan dan pembelajaran, yaitu pembelajaran dengan menggunakan piranti elektronik, terutama melalui komunikasi online atau electronic learning (e-learning). Perkembangan teknologi yang demikian pesat, terutama teknologi komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang juga berkembang sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi ini adalah bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika sebelumnya hubungan antara pendidik dengan peserta didik hanya dapat berlangsung melalui kegiatan tatap muka, dibatasi oleh sekat ruang waktu atau melalui media cetak, ternyata saat ini telah dapat dikembangkan melalui komunikasi online yang menembus sekat-sekat ruang dan waktu. Melalui media komunikasi elektronik ini, di samping banyak nilai tambah atau “keunggulan” atau “kelebihan”. Dari dimensi pedagogis tentu banyak faktor yang patut dicermati, misalnya bagaimana pergeseran pola komunikasi edukatif antara guru dan siswa, bagaimana dengan teknik-teknik pemotivasian belajar, bagaimana dengan pemahaman peserta didik dan beberapa aspek psikologi belajar lainnya. Di dalam pembelajaran ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipertimbangkan yang kemudian diimplementasikan dalam proses kegiatan belajar dan pembelajaran.

B.     Pembahasan
1.      Kedudukan Elearning dalam Teknologi Pendidikan
Kita telah mengenal bahkan menggunakan beberapa bentuk teknologi pendidikan yang untuk membantu kegiatan-kegiatan pembelajaran. Beberapa alat bantu tersebut seperti; LCD, projector, computer, peralatan laboratorium. Munculnya alat bantu dalam berbagai bentuk teknologi pendidikan tersebut membawa nuansa baru dalam dunia pendidikan, terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Penggunaan teknologi pendidikan disambut baik oleh masyarakat para pengguna teknologi secara luas sehingga dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama teknologi ini sudah familiar dalam membantu kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.
Teknologi ini pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illion di Urbana Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis computer (computer- assisted instruction) dan computer bernama PLATO. Sejak itu perkembangan e-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
a.       Tahun 1990; era CBT (Computer-Based Training), di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang dioperasikan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROME. Isi materinya dalam bentuk tulisan maupun multimedia (video dan AUDIO) dalam format “move”, “mpeg-I”, atau “avi”.
b.      Tahun 1994; seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paketyang lebih menarik dan diproduk secara missal.
c.       Tahun 1997; LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Dari sinilah muncul LSM, yang selanjutnya mengalami perkembangan yang semakin cepat.
Pada sebuah situs e-learning Wikipedia (2008:1), diuraikan bahwa e-learning merupakan suatu terminology umum yang dipergunakan untuk menunjukkan pada suatu aktivitas belajar di mana instruktur atau siswa terpisah oleh ruang dan waktu dan terhubungi dengan menggunakan teknologi online. Istilah e-learning dipergunakan secara silih berganti dalam berbagai konteks. Di dalam bidang perdagangan dan usaha misalnya dipergunakan sebagai strategi untuk menjalin kerjasama untuk melaksanakan latihan-latihan bagi karyawan. Pada distance education Universities seperti Universitas terbuka di UK atau Penn State World Campus di Amerika, e-learning diartikan sebagai perencanaan pengalaman mengajar atau belajar dengan menggunakan spectrum teknologi secara luas utamanya in ternet untuk mempermudah dan mempercepat siswa dalam belajar. pada umumnya di lingkunag perguuruan tinggi, e-learning diartikan sebagai model spesifik yang digunakan pada kegiatan kursus atau program kegiatan belajar di mana para siswa dapat berkomunikasi langsung antara satu dengan lainnya untuk mengakses atau memfasilitasi pendidikan.
Ada karakteristik-karakteristik khusus yang membedakan antara belajar melalui e-learning dengan kegiatan belajar yang dilaksanak di kelas secara klasikal. Asiskronistis dalam pendapat tersebut merujuk kepada pemisahan fisik yang tidak terikat oleh waktu dan tempat. Secara lebih spesifik dapat diuraikan beberapa cirri dari pembelajaran e-learning, yaitu:
a)      E-learning merupakan suatu bentuk pembelajaran yang member penekanan  pada penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan dan pelatihan secara online.
b)      E-learning menyiapkan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar tradisional (model belajar klasikal, dll) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan global.
c)      E-learning tidak berarti menggantikan sistem belajar klasikal yang dipraktikkan, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan informasi tentang substansi (content) dan mengembangkan teknologi pendidikan.
d)     Kapasitas pembelajaran sangat bervariasi. hal ini tergantung pada bentuk konten serta alat penyampaian informasi atau pesan-pesan pembelajaran dan gaya belajar. (Cesco, 2001).
2.       Bahan Belajar Berbasis E-Learning
Munir (AUnurrahman, 2011: 233) mengemukakan bahwa konsep bahan belajar berbasis e-learning dikembangkan berdasarkan teori kognitif dan teori pembelajaran yang dinyatakan dalam teoriteori sebagai berikut:
a.      Adative Learning Theory
Teori ini mengisyaratkan bahwa  siswa memasuki proses pembelajaran pada tahap pencapaian dan pengalaman yang berbeda. Untuk itu guru perlu menggunakan berbagai bahan dan strategi pembelajaran untuk memenuhi pencapaian dan pengalaman yang berbeda tersebut. oleh Karen itu, perangkat lunak atau bahan e-learning perlu menggunakan berbagai strategi dan pendekatan yang memenuhi kebutuhan siswa.
b.      Preferred Modality Theory
Teori ini mengisyaratkan bahwa siswa memiliki kecenderungan kemampuan belajar yang berbeda. Sebagian siswa memiliki kemampuan pemahaman melalui aktivitas mendengar, sebagian yang lain memiliki kemampuan pemahaman melalui aktivitas melihat, dan sebagian siswa yang lain cenderung memiliki kemampuan pemahaman melalui mendengar dan melihat. Oleh karena itu, perangkat lunak atau bahan belajar e-learning perlu memperhatikan modalitas-modalitas belajar siswa dengan berupaya menampilkan kombinasi teks, animasi dan lain sebagainya agar lebih menarik.
c.       Cognitive Flexibility Theory
Teori ini mengisyaratkan bahwa suatu bidang dapat dipelajari dengan lebih mendalam dan lebih efektif apabila siswa menggunakan proses belajar dengan cara nonlinear. Hal ini bermakna bahwa suatu bidang yang dipelajari mencakup berbagai aspek yang saling berkiatan. Oleh karena itu, bahan pembelajaran yang berupa perangkat lunak e-learning yang dipersiapkan hendaknya tidak menyerupai buku yang cenderung berurutan dari segi pendekatan dan penyampaiannya.
3.      Pendekatan-pendekatan Pedagogik dalam E-Learning
Aktivitas pembelajaran melalui perangkat e-learning menekankan sistem komunikasi online, tidak berarti proses ini sama sekali meniadakan unsure-unsur hubungan pedagogis antara guru dan siswa. Apabila hal ini terjadi maka dikhawatirkan proses pembelajaran menjadi kehilangan makna esensialnya karena seperti telah dibahas pada bagian-bagian sebelumnya bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang komprehensif, mencakup berbagai dimensi baik kognitif afektif dan psikomotorik. Persoalannya bagaimana supaya melalui mekanisme pembelajaran elektronik secara online ini, hal-hal esensial tersebut tetap dapat terpelihara, meskipun kadarnya tidak dapat seperti pembelajaran konvensional. Di dalam proses pembelajaran online juga perlu memperhatikan unsure-unsur pedagogis. Melalui situs Wikipedia (2008) dikemukakan beberapa pendekatan pedagogis yang diterapkan dalam e-learning, yaitu:
a.       Instructional design, pendekatan ini lebih terfokus pada kurikulum yang dikembangkan dengan menitikberatkan pada pendekatan pendidikan kelompok atau guru secara perorangan;
b.      Social-constructivist, merupakan pendekatan pedagogi yang kebanyakan aktivitasnya dilakukan dalam bentuk forum-forum diskusi, blog dan aktivitas online yang lain;
c.       Laurillard’s conversational Model, merupakan salah satu bentuk pendekatan pedagogi yang menitikberatkan pada penggunaan bentuk diskusi secara luas;
d.      Cognitive perspective, menitikberatkan pada proses pengembangan kognitif melalui kegiatan pembelajaran;
e.       Emotional perspective, pendekatan ini lebih difokuskan pada pengembangan dimensi emosional pembelajaran, sepeti motivasi, model-model permainan dan lain-lain.
f.       Behavior perspective, pendekatan ini lebih menitikberatkan pada keterampilan dan perilaku yang dihasilkan dari proses belajar. Seperti bermain peran dan penerapannya dalam aktivitas sehari-hari.
g.      Contextual perspective, pendekatan ini difokuskan pada penataan faktor instrumental dan sosial lingkunagn yang dapat mendorong terjadinya proses belajar. Seperti, interaksi dengan orang lain dan lain-lain.
4.      Piranti-piranti Pendukung E-Learning
Sistem teknologi yang tersedia dan dapat dipergunakan dalam e-learning antara lain;
a.       Classroom response system
b.      Collaborative software
c.       Computer aided assessment
d.      Discussion boards
e.       E-mail
f.       Educational management system
g.      Educational animation
h.      Electronic performance support system
i.        Eportofolios
j.        Games
k.      Hypermedia in general
l.        Learning management system
m.    PDA’s
n.      Podcasts
o.      MP3 players with multimedia capabilities
p.      Multimedia CD-ROMs
q.      Screencasts
r.        Simulations
s.       Texs chat
t.        Virtual classrooms
u.      Web-based teaching materials
v.      Web sites and web 2.0 communities
w.    Wiki
x.      Dan lain sebagainya.

5.      Pengembangan Pembelajaran E-Learning
Perkembangan teknologi pendidikan e-learning telah membrikan nuansa baru di dalam pendidikan. Jika pada bagian-bagian sebelumnya telah dibahas bahwa secara konvensional guru atau dosen melakukan proses pembelajaran dengan menghimpun siswa pada tempat atau ruangan tertentu secara bersamaan, kondisi tersebut kini telah diperkaya dengan berkembangnya pembelajaran melalui jasa teknologi yang tidak lagi selalu mengharuskan peserta didik berkumpul secara bersamaan dan dibatasi oleh waktu dan tempat. Peserta didik dalam rancangan-rancanagan atau bentuk pembelajaran tertentu dapat mennetukan sendiri kapan ia harus belajar, kapan ia harus mengirimkan tugas dan menntukan sumber-sumber belajar sendiri yang dapat mendukung terselenggaranya proses pembelajaran dan tercapainya hasil yang ia harapkan.
Kamarga (Aunurrahman, 2011:240) menjelaskan bahwa proses pengembangan sampai pada penggunaan bahan belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)      Pihak perguruan tinggi bermaksud menawarkan suatu paket belajar berupa model atau menginformasikan suatu pengembangan bidang keilmuan. Untuk itu diperlukan konten dan situs sebagai tempat penampungan konten.
b)      Pengembangan konten dilakukan oleh staf pengajar yang berkompete di bidangnya.
c)      Setelah konten selesai dikembangkan, maka proses pemindahan konten ke dalam bentuk situs dilakukan oleh perancang situs dan pengembang situs.
d)     Proses akhir yang dilakukan adalah memasukkan situs ke dalam jaringan internet.
Munir (Aunurrahman, 2011:240) berpendapat bahwa terdapat tiga fasilitas belajar atau modul yang dapat digunakan di dalam pengembangan bahan belajar e-learning:
Ø      Modul pengukuhan, untuk mengukuhkan pengajaran guru serta proses belajar siswa.
Ø      Modul pengulangan, fasilitas bagi siswa yang kurang faham dan siswa perlu mengulangi pelajaran.
Ø      Modul pengayaan, fasilitas bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi sehingga mereka lebih cepat menguasai pelajaran hingga memerlukan pelajaran tambahan. Masing-masing modul tersebut terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait:
1)      Komponen-komponen modul pengukuhan;
-          Induksi
-          Perkembangan
-          Latihan
2)      Komponen modul pengulangan;
-          Penjelasan
-          Pencarian
-          Aplikasi
3)      Komponen modul pengayaan;
-          Pencarian
-          Aplikasi

C.    Simpulan
E-learning merupakan salah satu wujud nyata prubahan besar di dalam kemajuan teknologi pendidikan di era modern ini. Selama ini, proses pembelajaran hanya melalui tatap muka yang mempersyaratkan guru atau sumber belajar dan siswa berada pada tempat yang sama dan dalam waktu yang sama dengan pembatasan waktu dan tempat secara ketat. Dan untuk perkembangan selanjutnya, guru dan siswa dapat belajar dengan bantuan media cetak sehingga proses belajar dapat berlangsung meskipun siswa dan guru tidak berada di tempat yang sama dan waktu yang sama karena adanya bantuan modul belajar. Selain kelebihan, juga terdpat kekurangan yaitu tidak dapat terjadi interaksi apalagi dalam waktu bersamaan. Kelemahan tersebut menjadi teratasi ketika komunikasi telah dilakukan melalui fasilitas elektronik secara online.
Melalui media komunikasi elektronik ini, di samping banyak nilai tambah, yang mengharuskan kita untuk mengkaji berbagai faktor yang tidak dapat hadir bersamaan dengan komunikasi online tersebut, terutama berkenaan dengan aspek-aspek pedagogis. Namun, beberapa pendapat mengungkapkan bahwa pembelajaran melalui komnikasi online tidak berarti meniadakan unsur-unsur pedagogis, karena di dalamnya juga dikembangkan beberapa pendekatan pembelajaran antara lain yang menekankan pada pendekatan-pendekatan kelompok, aktivitas-aktivitas kolaboratif, diskusi langsung, perkembangan model permainan dan penekanan pada model pembelajaran lainnya melalui online.

DAFTAR PUSTAKA
Aununrrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Graka Indonesia. 
Rooijakers, Ad. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.

BAB VIII. STRATEGI DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

A.    Pendahuluan
Pendekatan belajar dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan belajar siswa.
Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Di dalam kegiatan belajar-mengajar guru dihadapkan pada siswa. Siswa yang dihadapi oleh guru rata-rata satu kelas yang terdiri dari empat puluhan orang. Kemungkinan dapat terjadi seorang guru menghadapi sejumlah ratusan siswa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasi siswa agar belajar. guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang berasal dari buku teks, dari kehidupan, sumber informasi lain, atau kenyataan di sekitar sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengolah pesan. Pembelajaran juga berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan pemerolehan pengalaman-pengalaman belajar sesuatu. Pemerolehan pengalaman-pengalaman tersebut merupakan suatu proses yang berlaku secaradeduktif, atau induktif atau proses yang lain. Dengan menghadapi sejumlah pebelajar berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan pebelajar dan proses pemerolehan pengalaman, maka setiap guru memerlukan pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran. Suatu prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan adalah bahwa seorang pembelajar (guru) sudah pernah bertindak belajar itu sendiri.
B.     Pembahasan
1.      Strategi Belajar
a.      Ruang Lingkup Strategi Belajar
1)      Pengertian
Secara umum strategi belajar merupakan suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Michael Pressley (Nur, 2000: 7), menyatakan beqaswq3wewhwa strategi belajar merupakan operator-operator kognitif meliputi dan terdiri atas proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar). Strategi-strategi tersebut merupakan strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu.
Nama lain strategi belajar (learning strategies) adalah strategi kognitif, yaitu suatu strategi belajar yang mengacu pada perilaku dan proses berpikir siswa yang digunakan pada saat menyelesaikan tugas-tugas  belajar (Nur, 2000: 7). Norman (Nur, 2000: 6) juga memberikan pendapatnyatentang pentingnya pengajaran strategi. Menurut Norman, pengajaran strategi belajar berlandaskan pada dalil, bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri.
Ada empat dasar strategi dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
a.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b.      Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d.     Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standra keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
2)      Tujuan Strategi Belajar
Menurut Weistein dan Meyer (Nur, 2000) menyatakan bahwa mengajar pada dasarnya meliputi mengajari siswa bagaiman belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri.
Mengembangkan dan mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa merupakan tugas seorang guru untuk membentuk siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan mampu mengendalikan diri (self-Regulated Learning).
3)      Langkah Mengajar Strategi Belajar
a)      Memberitahu siswa bahwa mereka akan diajarkan suatu strategi belajar, agar perhatian siswa terfokus.
b)     Menunjukkan hubungan positif pengunaan strategi belajar terhadap prestasi belajar dan memberitahukan perlunya kerja pikiran ekstra untuk membuahkan prestasi yang tinggi.
c)      Menjelaskan dan memeragakan strategi yang diajarkan.
d)     Menjelaskan kapan dan mengapa suatu strategi belajar digunakan.
e)      Member penguatan terhadap siswa yang memakai strategi belajar.
f)      Memberikan praktek yang beragam dalam pemakaian strategi belajar.
g)     Memberikan umpan balik saat menguji materi dengan strategi belajar tertentu.
h)     Mengevaluasi penggunaan strategi belajar, dan mendorong siswa untuk melakukan evaluasi mandiri.
b.      Varian Strategi Belajar
1)      Strategi Mengulang (Rehearsal Strategies)
Strategi mengulang yang paling sederhana, yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita lafal disebut strategi mengulang sederhana.
a)      Menggarisbawahi
b)     Membuat catatan-catatan Pinggir
2)      Strategi-strategi Elaborasi (Elaboration Strategies)
a)      Analogi
b)     PQ4R
3)      Strategi Organisasi (Organization Strategies)
a)     Outlining
b)     Pemetaan Konsep (Concept Mapping)
c)      Mnemonics
d)     Chunking (Potongan)
e)      Akronim (singkatan)
f)      Strategi Metakognitif (Metacognitive Strategies)
2.      Pendekatan Pembelajaran
1)      Pengorganisasian Siswa
Pengorganisasian siswa ini dilakukan atas dasar tingkatan lembaga sekolah. Dengan pendekatan ini, guru dapat membentuk kelompok dari jumlah siswa yang ada di kelas, juga dapat dilakukan dengan menjelaskan materi dengan menggunakan alat bantu seperti gambar, foto, peta dan lain sebagainya untuk difahami oleh siswa dan kemudian diharapkan siswa mempelajari bahan materi yang telah disajikan lebih lanjut. Pembelajaran tersebut memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang berbeda-beda. Berikut beberapa kelompok model pembelajaran di dalam kelas;
a.     Pembelajaran secara individual
b.     Pembelajaran secara kelompok
c.     Pembelajaran secara klasikal
2)      Posisi Guru-Siswa dalam Pengolahan Pesan
Di dalam kegiatan belajar-mengajar guru harus berusaha menyampaikan  pesan atau informasi dengan baik. Sebaliknya, di dalam kegiatan belajar siswa juga berusaha memperoleh sesuatu hal. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau “isi ajaran” yang lain seperti kesenian, agama, kesusilaan, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, dapat digunakan beberapa strategi pendekatan pembelajaran, diantaranya ialah:
a.      Pembelajaran dengan strategi ekspositori
Model pengajaran ekspositori merupakan model pengajaran yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada bahan pengajaran harus dijelaskan kepada siswa.
b.      Pembelajaran dengan strategi inkuiri
Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Di dalam model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat di dalam melakukan inkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model ini adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.
3)      Kemampuan yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran
Siswa yang belajar akan mengalami perubahan. Apabila sebelum belajar kemampuannya hanya 25 % misalnya, maka setelah belajar selama lima bulan akan menjadi 100 %. Hasil belajar tersebut meningkatkan kemampuan mental. Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Ada kesenjangan antara kemampuan pra-belajar dengan kemampuan yang akan dicapai. Kesenjangan tersebut dapat diatasi berkat belajar bahan ajar tertentu.
4)      Proses Pengolahan Pesan
Pemerolehan pengalaman, peningkatan jenis ranah tiap siswa tidak sama. Hal itu disebabkan oleh proses pengolahan pesan. Dua jenis pengolahan pesan yaitu secara deduktif dan induktif.

C.    Simpulan
Belajar dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun. Informasi lewat media elektronik terutama lebih mempermudah belajar. Meskipun informasi dapat diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan berupa anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Pendekatan pembelajaran merupakan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemmapuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat a) pengorganisasian siswa, b) posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, c) pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.
Di dalam pembelajaran pada pebelajar terjadi peningkatan kemampuan. Semula ia memiliki kemampuan pra-belajar, dalam proses belajar pada kegiatan belajar tertentu, ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam pemecahan masalah.proses pemerolehan pengalaman siswa atau proses pengolahan pesan tersebut dapat dilakukan dengn cara deduktif dan induktif.

DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar