A.
Pendahuluan
pada
bagian ini akan dibahas mengenai salah satu bentuk, teknik, atau mungkin juga
disebut model pembelajaran yang dalam beberapa waktu belakangan ini tidak asing
lagi didengar dan semakin mendapat perhatian serius dari dunia pendidikan dan
pembelajaran, yaitu pembelajaran dengan menggunakan piranti elektronik,
terutama melalui komunikasi online atau electronic
learning (e-learning). Perkembangan teknologi yang demikian pesat, terutama
teknologi komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang. Salah
satu bidang yang juga berkembang sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi
ini adalah bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika sebelumnya hubungan antara
pendidik dengan peserta didik hanya dapat berlangsung melalui kegiatan tatap
muka, dibatasi oleh sekat ruang waktu atau melalui media cetak, ternyata saat
ini telah dapat dikembangkan melalui komunikasi online yang menembus
sekat-sekat ruang dan waktu. Melalui media komunikasi elektronik ini, di
samping banyak nilai tambah atau “keunggulan” atau “kelebihan”. Dari dimensi
pedagogis tentu banyak faktor yang patut dicermati, misalnya bagaimana
pergeseran pola komunikasi edukatif antara guru dan siswa, bagaimana dengan
teknik-teknik pemotivasian belajar, bagaimana dengan pemahaman peserta didik
dan beberapa aspek psikologi belajar lainnya. Di dalam pembelajaran ini juga
memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipertimbangkan yang kemudian
diimplementasikan dalam proses kegiatan belajar dan pembelajaran.
B.
Pembahasan
1.
Kedudukan Elearning dalam Teknologi
Pendidikan
Kita
telah mengenal bahkan menggunakan beberapa bentuk teknologi pendidikan yang
untuk membantu kegiatan-kegiatan pembelajaran. Beberapa alat bantu tersebut
seperti; LCD, projector, computer, peralatan laboratorium. Munculnya alat bantu
dalam berbagai bentuk teknologi pendidikan tersebut membawa nuansa baru dalam
dunia pendidikan, terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Penggunaan
teknologi pendidikan disambut baik oleh masyarakat para pengguna teknologi
secara luas sehingga dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama teknologi ini
sudah familiar dalam membantu kelancaran pelaksanaan pendidikan dan
pembelajaran.
Teknologi
ini pertama kali diperkenalkan oleh Universitas Illion di Urbana Champaign
dengan menggunakan sistem instruksi berbasis computer (computer- assisted
instruction) dan computer bernama PLATO. Sejak itu perkembangan e-learning dari
masa ke masa adalah sebagai berikut:
a.
Tahun 1990; era CBT (Computer-Based
Training), di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang dioperasikan
dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROME. Isi materinya dalam
bentuk tulisan maupun multimedia (video dan AUDIO) dalam format “move”,
“mpeg-I”, atau “avi”.
b.
Tahun 1994; seiring dengan
diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk
paket-paketyang lebih menarik dan diproduk secara missal.
c.
Tahun 1997; LMS (Learning
Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet,
masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Dari sinilah muncul LSM,
yang selanjutnya mengalami perkembangan yang semakin cepat.
Pada sebuah situs e-learning
Wikipedia (2008:1), diuraikan bahwa e-learning merupakan suatu terminology umum
yang dipergunakan untuk menunjukkan pada suatu aktivitas belajar di mana
instruktur atau siswa terpisah oleh ruang dan waktu dan terhubungi dengan
menggunakan teknologi online. Istilah e-learning dipergunakan secara silih
berganti dalam berbagai konteks. Di dalam bidang perdagangan dan usaha misalnya
dipergunakan sebagai strategi untuk menjalin kerjasama untuk melaksanakan
latihan-latihan bagi karyawan. Pada distance education Universities seperti
Universitas terbuka di UK atau Penn State World Campus di Amerika,
e-learning diartikan sebagai perencanaan pengalaman mengajar atau belajar
dengan menggunakan spectrum teknologi secara luas utamanya in ternet untuk
mempermudah dan mempercepat siswa dalam belajar. pada umumnya di lingkunag
perguuruan tinggi, e-learning diartikan sebagai model spesifik yang digunakan
pada kegiatan kursus atau program kegiatan belajar di mana para siswa dapat
berkomunikasi langsung antara satu dengan lainnya untuk mengakses atau
memfasilitasi pendidikan.
Ada karakteristik-karakteristik
khusus yang membedakan antara belajar melalui e-learning dengan kegiatan
belajar yang dilaksanak di kelas secara klasikal. Asiskronistis dalam pendapat
tersebut merujuk kepada pemisahan fisik yang tidak terikat oleh waktu dan
tempat. Secara lebih spesifik dapat diuraikan beberapa cirri dari pembelajaran
e-learning, yaitu:
a)
E-learning merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang member penekanan
pada penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan dan pelatihan secara
online.
b)
E-learning menyiapkan
seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar tradisional (model belajar
klasikal, dll) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan global.
c)
E-learning tidak berarti
menggantikan sistem belajar klasikal yang dipraktikkan, tetapi memperkuat model
belajar tersebut melalui pengayaan informasi tentang substansi (content) dan
mengembangkan teknologi pendidikan.
d)
Kapasitas pembelajaran sangat
bervariasi. hal ini tergantung pada bentuk konten serta alat penyampaian
informasi atau pesan-pesan pembelajaran dan gaya belajar. (Cesco, 2001).
2.
Bahan Belajar Berbasis E-Learning
Munir (AUnurrahman, 2011: 233)
mengemukakan bahwa konsep bahan belajar berbasis e-learning dikembangkan
berdasarkan teori kognitif dan teori pembelajaran yang dinyatakan dalam
teoriteori sebagai berikut:
a.
Adative Learning Theory
Teori ini mengisyaratkan
bahwa siswa memasuki proses pembelajaran
pada tahap pencapaian dan pengalaman yang berbeda. Untuk itu guru perlu
menggunakan berbagai bahan dan strategi pembelajaran untuk memenuhi pencapaian
dan pengalaman yang berbeda tersebut. oleh Karen itu, perangkat lunak atau
bahan e-learning perlu menggunakan berbagai strategi dan pendekatan yang
memenuhi kebutuhan siswa.
b.
Preferred Modality Theory
Teori ini mengisyaratkan bahwa
siswa memiliki kecenderungan kemampuan belajar yang berbeda. Sebagian siswa
memiliki kemampuan pemahaman melalui aktivitas mendengar, sebagian yang lain
memiliki kemampuan pemahaman melalui aktivitas melihat, dan sebagian siswa yang
lain cenderung memiliki kemampuan pemahaman melalui mendengar dan melihat. Oleh
karena itu, perangkat lunak atau bahan belajar e-learning perlu memperhatikan
modalitas-modalitas belajar siswa dengan berupaya menampilkan kombinasi teks,
animasi dan lain sebagainya agar lebih menarik.
c.
Cognitive Flexibility Theory
Teori ini mengisyaratkan bahwa
suatu bidang dapat dipelajari dengan lebih mendalam dan lebih efektif apabila
siswa menggunakan proses belajar dengan cara nonlinear. Hal ini bermakna bahwa
suatu bidang yang dipelajari mencakup berbagai aspek yang saling berkiatan.
Oleh karena itu, bahan pembelajaran yang berupa perangkat lunak e-learning yang
dipersiapkan hendaknya tidak menyerupai buku yang cenderung berurutan dari segi
pendekatan dan penyampaiannya.
3.
Pendekatan-pendekatan Pedagogik
dalam E-Learning
Aktivitas pembelajaran melalui
perangkat e-learning menekankan sistem komunikasi online, tidak berarti proses
ini sama sekali meniadakan unsure-unsur hubungan pedagogis antara guru dan
siswa. Apabila hal ini terjadi maka dikhawatirkan proses pembelajaran menjadi
kehilangan makna esensialnya karena seperti telah dibahas pada bagian-bagian
sebelumnya bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang komprehensif, mencakup
berbagai dimensi baik kognitif afektif dan psikomotorik. Persoalannya bagaimana
supaya melalui mekanisme pembelajaran elektronik secara online ini, hal-hal
esensial tersebut tetap dapat terpelihara, meskipun kadarnya tidak dapat
seperti pembelajaran konvensional. Di dalam proses pembelajaran online juga
perlu memperhatikan unsure-unsur pedagogis. Melalui situs Wikipedia (2008)
dikemukakan beberapa pendekatan pedagogis yang diterapkan dalam e-learning,
yaitu:
a.
Instructional design,
pendekatan ini lebih terfokus pada kurikulum yang dikembangkan dengan
menitikberatkan pada pendekatan pendidikan kelompok atau guru secara
perorangan;
b.
Social-constructivist,
merupakan pendekatan pedagogi yang kebanyakan aktivitasnya dilakukan dalam
bentuk forum-forum diskusi, blog dan aktivitas online yang lain;
c.
Laurillard’s conversational
Model, merupakan salah satu bentuk pendekatan
pedagogi yang menitikberatkan pada penggunaan bentuk diskusi secara luas;
d.
Cognitive perspective,
menitikberatkan pada proses pengembangan kognitif melalui kegiatan
pembelajaran;
e.
Emotional perspective,
pendekatan ini lebih difokuskan pada pengembangan dimensi emosional
pembelajaran, sepeti motivasi, model-model permainan dan lain-lain.
f.
Behavior perspective,
pendekatan ini lebih menitikberatkan pada keterampilan dan perilaku yang
dihasilkan dari proses belajar. Seperti bermain peran dan penerapannya dalam
aktivitas sehari-hari.
g.
Contextual perspective,
pendekatan ini difokuskan pada penataan faktor instrumental dan sosial
lingkunagn yang dapat mendorong terjadinya proses belajar. Seperti, interaksi
dengan orang lain dan lain-lain.
4.
Piranti-piranti Pendukung
E-Learning
Sistem teknologi yang tersedia
dan dapat dipergunakan dalam e-learning antara lain;
a.
Classroom response system
b.
Collaborative software
c.
Computer aided assessment
d.
Discussion boards
e.
E-mail
f.
Educational management system
g.
Educational animation
h.
Electronic performance support
system
i.
Eportofolios
j.
Games
k.
Hypermedia in general
l.
Learning management system
m.
PDA’s
n.
Podcasts
o.
MP3 players with multimedia
capabilities
p.
Multimedia CD-ROMs
q.
Screencasts
r.
Simulations
s.
Texs chat
t.
Virtual classrooms
u.
Web-based teaching materials
v.
Web sites and web 2.0
communities
w.
Wiki
x.
Dan lain sebagainya.
5.
Pengembangan Pembelajaran
E-Learning
Perkembangan teknologi
pendidikan e-learning telah membrikan nuansa baru di dalam pendidikan. Jika
pada bagian-bagian sebelumnya telah dibahas bahwa secara konvensional guru atau
dosen melakukan proses pembelajaran dengan menghimpun siswa pada tempat atau
ruangan tertentu secara bersamaan, kondisi tersebut kini telah diperkaya dengan
berkembangnya pembelajaran melalui jasa teknologi yang tidak lagi selalu
mengharuskan peserta didik berkumpul secara bersamaan dan dibatasi oleh waktu
dan tempat. Peserta didik dalam rancangan-rancanagan atau bentuk pembelajaran
tertentu dapat mennetukan sendiri kapan ia harus belajar, kapan ia harus
mengirimkan tugas dan menntukan sumber-sumber belajar sendiri yang dapat mendukung
terselenggaranya proses pembelajaran dan tercapainya hasil yang ia harapkan.
Kamarga (Aunurrahman, 2011:240)
menjelaskan bahwa proses pengembangan sampai pada penggunaan bahan belajar
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)
Pihak perguruan tinggi
bermaksud menawarkan suatu paket belajar berupa model atau menginformasikan
suatu pengembangan bidang keilmuan. Untuk itu diperlukan konten dan situs
sebagai tempat penampungan konten.
b)
Pengembangan konten dilakukan
oleh staf pengajar yang berkompete di bidangnya.
c)
Setelah konten selesai
dikembangkan, maka proses pemindahan konten ke dalam bentuk situs dilakukan
oleh perancang situs dan pengembang situs.
d)
Proses akhir yang dilakukan
adalah memasukkan situs ke dalam jaringan internet.
Munir
(Aunurrahman, 2011:240) berpendapat bahwa terdapat tiga fasilitas belajar atau
modul yang dapat digunakan di dalam pengembangan bahan belajar e-learning:
Ø Modul
pengukuhan, untuk mengukuhkan pengajaran guru serta proses belajar siswa.
Ø Modul
pengulangan, fasilitas bagi siswa yang kurang faham dan siswa perlu mengulangi
pelajaran.
Ø Modul
pengayaan, fasilitas bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi sehingga
mereka lebih cepat menguasai pelajaran hingga memerlukan pelajaran tambahan.
Masing-masing modul tersebut terdiri dari komponen-komponen yang saling
terkait:
1)
Komponen-komponen modul
pengukuhan;
-
Induksi
-
Perkembangan
-
Latihan
2)
Komponen modul pengulangan;
-
Penjelasan
-
Pencarian
-
Aplikasi
3)
Komponen modul pengayaan;
-
Pencarian
-
Aplikasi
C.
Simpulan
E-learning
merupakan salah satu wujud nyata prubahan besar di dalam kemajuan teknologi
pendidikan di era modern ini. Selama ini, proses pembelajaran hanya melalui
tatap muka yang mempersyaratkan guru atau sumber belajar dan siswa berada pada
tempat yang sama dan dalam waktu yang sama dengan pembatasan waktu dan tempat
secara ketat. Dan untuk perkembangan selanjutnya, guru dan siswa dapat belajar
dengan bantuan media cetak sehingga proses belajar dapat berlangsung meskipun
siswa dan guru tidak berada di tempat yang sama dan waktu yang sama karena
adanya bantuan modul belajar. Selain kelebihan, juga terdpat kekurangan yaitu
tidak dapat terjadi interaksi apalagi dalam waktu bersamaan. Kelemahan tersebut
menjadi teratasi ketika komunikasi telah dilakukan melalui fasilitas elektronik
secara online.
Melalui
media komunikasi elektronik ini, di samping banyak nilai tambah, yang
mengharuskan kita untuk mengkaji berbagai faktor yang tidak dapat hadir
bersamaan dengan komunikasi online tersebut, terutama berkenaan dengan
aspek-aspek pedagogis. Namun, beberapa pendapat mengungkapkan bahwa
pembelajaran melalui komnikasi online tidak berarti meniadakan unsur-unsur
pedagogis, karena di dalamnya juga dikembangkan beberapa pendekatan
pembelajaran antara lain yang menekankan pada pendekatan-pendekatan kelompok, aktivitas-aktivitas
kolaboratif, diskusi langsung, perkembangan model permainan dan penekanan pada
model pembelajaran lainnya melalui online.
Aununrrahman.
2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.
Siregar,
Eveline dan Hartini Nara. (2011). Teori
Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Graka Indonesia. Rooijakers, Ad. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
BAB
VIII. STRATEGI DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
A.
Pendahuluan
Pendekatan belajar dan strategi atau kiat
melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut
menentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan belajar siswa.
Strategi belajar mengacu
pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi
hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif.
Dihubungkan dengan belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.
Di dalam kegiatan
belajar-mengajar guru dihadapkan pada siswa. Siswa yang dihadapi oleh guru
rata-rata satu kelas yang terdiri dari empat puluhan orang. Kemungkinan dapat
terjadi seorang guru menghadapi sejumlah ratusan siswa. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya keterampilan mengorganisasi siswa agar belajar. guru juga
menghadapi bahan pengetahuan yang berasal dari buku teks, dari kehidupan,
sumber informasi lain, atau kenyataan di sekitar sekolah. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya keterampilan mengolah pesan. Pembelajaran juga berarti
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan siswa.
Kemampuan-kemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan pemerolehan
pengalaman-pengalaman belajar sesuatu. Pemerolehan pengalaman-pengalaman
tersebut merupakan suatu proses yang berlaku secaradeduktif, atau induktif atau
proses yang lain. Dengan menghadapi sejumlah pebelajar berbagai pesan yang
terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan pebelajar dan proses pemerolehan
pengalaman, maka setiap guru memerlukan pengetahuan tentang pendekatan
pembelajaran. Suatu prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan adalah bahwa
seorang pembelajar (guru) sudah pernah bertindak belajar itu sendiri.
B.
Pembahasan
1.
Strategi Belajar
a. Ruang Lingkup Strategi
Belajar
1) Pengertian
Secara umum strategi belajar merupakan suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Michael Pressley (Nur, 2000: 7), menyatakan beqaswq3wewhwa strategi belajar merupakan operator-operator
kognitif meliputi dan terdiri atas proses yang secara langsung terlibat dalam
menyelesaikan suatu tugas (belajar). Strategi-strategi tersebut merupakan
strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu.
Nama lain strategi belajar (learning strategies) adalah strategi kognitif, yaitu suatu strategi
belajar yang mengacu pada perilaku dan proses berpikir siswa yang digunakan
pada saat menyelesaikan tugas-tugas
belajar (Nur, 2000: 7). Norman (Nur, 2000: 6) juga memberikan
pendapatnyatentang pentingnya pengajaran strategi. Menurut Norman, pengajaran
strategi belajar berlandaskan pada dalil, bahwa keberhasilan belajar siswa
sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan
memonitor belajar mereka sendiri.
Ada
empat dasar strategi dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar
berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik
belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal
keberhasilan atau kriteria serta standra keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional
yang bersangkutan secara keseluruhan.
2) Tujuan Strategi Belajar
Menurut Weistein dan Meyer (Nur, 2000) menyatakan
bahwa mengajar pada dasarnya meliputi mengajari siswa bagaiman belajar,
bagaimana mengingat, bagaimana berfikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri.
Mengembangkan dan mengajarkan strategi-strategi
belajar kepada siswa merupakan tugas seorang guru untuk membentuk siswa menjadi
pembelajar yang mandiri dan mampu mengendalikan diri (self-Regulated Learning).
3) Langkah Mengajar Strategi
Belajar
a) Memberitahu siswa bahwa
mereka akan diajarkan suatu strategi belajar, agar perhatian siswa terfokus.
b) Menunjukkan hubungan positif
pengunaan strategi belajar terhadap prestasi belajar dan memberitahukan
perlunya kerja pikiran ekstra untuk membuahkan prestasi yang tinggi.
c) Menjelaskan dan memeragakan
strategi yang diajarkan.
d) Menjelaskan kapan dan
mengapa suatu strategi belajar digunakan.
e) Member penguatan terhadap
siswa yang memakai strategi belajar.
f) Memberikan praktek yang
beragam dalam pemakaian strategi belajar.
g) Memberikan umpan balik saat
menguji materi dengan strategi belajar tertentu.
h) Mengevaluasi penggunaan
strategi belajar, dan mendorong siswa untuk melakukan evaluasi mandiri.
b. Varian Strategi Belajar
1) Strategi Mengulang (Rehearsal Strategies)
Strategi mengulang yang paling sederhana, yaitu
sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita
lafal disebut strategi mengulang sederhana.
a) Menggarisbawahi
b) Membuat catatan-catatan Pinggir
2) Strategi-strategi Elaborasi
(Elaboration Strategies)
a) Analogi
b) PQ4R
3) Strategi Organisasi (Organization Strategies)
a)
Outlining
b) Pemetaan Konsep (Concept Mapping)
c)
Mnemonics
d) Chunking (Potongan)
e) Akronim (singkatan)
f) Strategi Metakognitif (Metacognitive Strategies)
2.
Pendekatan
Pembelajaran
1)
Pengorganisasian Siswa
Pengorganisasian
siswa ini dilakukan atas dasar tingkatan lembaga sekolah. Dengan pendekatan
ini, guru dapat membentuk kelompok dari jumlah siswa yang ada di kelas, juga
dapat dilakukan dengan menjelaskan materi dengan menggunakan alat bantu seperti
gambar, foto, peta dan lain sebagainya untuk difahami oleh siswa dan kemudian
diharapkan siswa mempelajari bahan materi yang telah disajikan lebih lanjut.
Pembelajaran tersebut memiliki tujuan, prinsip dan tekanan utama yang
berbeda-beda. Berikut beberapa kelompok model pembelajaran di dalam kelas;
a. Pembelajaran secara individual
b. Pembelajaran secara kelompok
c. Pembelajaran secara klasikal
2) Posisi Guru-Siswa dalam Pengolahan Pesan
Di
dalam kegiatan belajar-mengajar guru harus berusaha menyampaikan pesan atau informasi dengan baik. Sebaliknya,
di dalam kegiatan belajar siswa juga berusaha memperoleh sesuatu hal. Pesan
atau sesuatu hal tersebut dapat berupa pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau
“isi ajaran” yang lain seperti kesenian, agama, kesusilaan, kebudayaan, dan
lain sebagainya.
Dalam
hal ini, dapat digunakan beberapa strategi pendekatan pembelajaran, diantaranya
ialah:
a. Pembelajaran dengan strategi ekspositori
Model
pengajaran ekspositori merupakan model pengajaran yang terpusat pada guru. Guru
aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran.
Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada bahan
pengajaran harus dijelaskan kepada siswa.
b. Pembelajaran dengan strategi inkuiri
Model
inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Di dalam model inkuiri
siswa dirancang untuk terlibat di dalam melakukan inkuiri. Model pengajaran
inkuiri merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini
siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model ini adalah mengembangkan
keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara
ilmiah.
3) Kemampuan yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran
Siswa
yang belajar akan mengalami perubahan. Apabila sebelum belajar kemampuannya
hanya 25 % misalnya, maka setelah belajar selama lima bulan akan menjadi 100 %.
Hasil belajar tersebut meningkatkan kemampuan mental. Pada umumnya hasil
belajar tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kemampuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Ada
kesenjangan antara kemampuan pra-belajar dengan kemampuan yang akan dicapai.
Kesenjangan tersebut dapat diatasi berkat belajar bahan ajar tertentu.
4) Proses Pengolahan Pesan
Pemerolehan
pengalaman, peningkatan jenis ranah tiap siswa tidak sama. Hal itu disebabkan
oleh proses pengolahan pesan. Dua jenis pengolahan pesan yaitu secara deduktif
dan induktif.
C.
Simpulan
Belajar
dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun. Informasi lewat media
elektronik terutama lebih mempermudah belajar. Meskipun informasi dapat diperoleh,
tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan
pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola
berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan berupa anutan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Pendekatan
pembelajaran merupakan pembelajaran yang berusaha meningkatkan
kemampuan-kemmapuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pengolahan
pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang pendekatan
pembelajaran tersebut, orang dapat melihat a) pengorganisasian siswa, b) posisi
guru-siswa dalam pengolahan pesan, c) pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.
Di
dalam pembelajaran pada pebelajar terjadi peningkatan kemampuan. Semula ia
memiliki kemampuan pra-belajar, dalam proses belajar pada kegiatan belajar
tertentu, ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki tingkat ranah-ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah
tersebut didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam pemecahan masalah.proses
pemerolehan pengalaman siswa atau proses pengolahan pesan tersebut dapat
dilakukan dengn cara deduktif dan induktif.
DAFTAR
PUSTAKA
Muhibbin
Syah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Dimyati
dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful
dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar