Senin, 10 Februari 2014




2.    Kelompok model pengolahan informasi (Information Processing Model)
Salah satu kelompok model yang menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas  yang terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran. Beberapa bentuk model yang dapat dipertimbangkan guru untuk diterapkan di dalam proses pembelajaran yang termasuk kelompok model ini, yaitu:
a.   Berpikir Induktif (inductive thinking)
Model pembelajaran ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir seseorang tidak dengan sendirinya dapat berkembang dengan baik jika proses pembelajaran dikembangkan tanpa memperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan.
Menurut Joice, Weil dan Calhoun (Aunurrohman, 2012: 158), mengemukakan beberapa strategi berpikir induktif yang sekaligus juga menggambarkan langkah-langkah pengembangan kemampuan berpikir induktif:
·      Strategi pertama, adalah pembentukan konsep; melalui tahap perhitungan dan pendaftaran, tahap pengelompokan dan pemberian label atau kategorisasi.
·      Strategi kedua, interpretasi data yang meliputi tahap membuat inferensi.
·      Strategi ketiga, aplikasi prinsip yan meliputi tahap memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena-fenomena dan menguji hipotesis.
b.   Pencapaian konsep (concept attainment)
Model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efesien.
Penerapan model pencapaian konsep dalam pembelajaran meliputi tiga tahap pokok, yaitu;
·      Tahap pertama, presentasi data dan identifikasi konsep, yang meliputi kegiatan:
a)    Guru mempresentasikan contoh-contoh nama;
b)   Siswa membandingkan ciri positif dan negatif dari contoh yang dikemukakan;
c)    Siswa menyimpulkan dan menguji hipotesis;
d)   Siswa memberikan arti sesuai dengan ciri-ciri esensial.
·      Tahap kedua, menguji pencapaian konsep yang meliputi beberapa kegiatan:
a)    Siswa mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak memiliki nama;
b)   Guru mengkonfirmasikan hipotesis, konsep nama dan definisi sesuai dengan ciri-ciri esensial.
·      Tahap ketiga, menganalisis kemampuan berfikir strategis, yang meliputi:
a)    Siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran mereka;
b)   Siswa mendiskusikan hipotesis dan atribut-atribut;
c)    Siswa mendiskusikan bentuk dan jumlah hipotesis.
c.    Memorisasi
Model ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa menyerap dan mengintegrasikan informasi sehingga siswa-siawa dapat mengingat informasi yang telah diterima dan dapat me-recall kembali pada saat yang diperlukan.
Penerapan model memorisasi di dalam proses pembelajaran dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1)   Mencermati materi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara menggarisbawahi  bagian yang penting, memberi tanda pada bagian yang diperlukan.
2)   Mengembangkan hubungan, yaitu menemukan hubungan antara materi-materi yang memiliki kterkaitan dengan menggunakan kata kunci, kata yang bergaris atau kata yang melingkar kata tertentu.
3)   Mengembangkan sensori image, dengan menggunakan teknik-teknik yang lucu atau mungkin dengan kata-kata yang berlebihan sehingga lebih mudah diingat.
4)   Melatih re-call dengan memperhatikan tahapan sebelumnya dan hal ini harus dipelajari secara terus menerus.
d.   Advance organizers
Model ini dikembangkan berdasarkan pemikiran Ausubel tentang materi pembelajaran, struktur kognitif. Model advance organizer terdiri dari tiga tahap:
·      Tahap pertama, menjelaskan panduan pembelajaran. Pada tahap ini ada beberapa kegiatan pokok yang harus dilakukan guru:
1)   Menjelaskan tujuan pembelajaran;
2)   Mempresentasikan panduan pembelajaran;
3)   Menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan.
·      Tahap kedua, menjelaskan materi dan tugas-tugas pembelajaran. Tahap ini meliputi      kegiatan:
1)   Menjelaskan materi pembelajaran;
2)   Membangkitkan perhatian siswa;
3)   Mengatur secara eksplisit tugas-tugas.
·      Tahap ketiga, memperkokoh pengorganisasian kognitif. Pada tahap ini kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan adalah:
1)   Menggunakan prinsip-prinsip secara teritegrasi;
2)   Meningkatkan keaktifan aktivitas pembelajaran;
3)   Mengembangkan pendekatan-pendekatan kritis guna memperjelas materi pembelajaran.

e.    Penelitian ilmiah (Scidntific inquiry)
Esensi model penelitian adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa di dalam menyelesaikan masalah melalui suatu penelitian dengan membandingkan masalah tersebut dengan kondisi nyata pada areal penelitian, membantu siswa di dalam mengedentifikasi konsep atau metode pemecahan masalah pada kawasan penelitian dan membantu mereka agar mampu mendisain cara-cara mengatasi masalah.
Pengembangan model penelitian ilmiah dalam proses pembelajaran dilakukan melalui beberapa tahap;
1)   Menyajikan arena penelitian kepada siswa;
2)   Siswa merumuskan masalah;
3)   Siswa mengidentifikasi masalah di dalam kegiatan penelitian;
4)   Siswa menemukan cara-cara untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Model penelitian ilmiah dalam proses pembelajaran menuntut terciptanya iklim kelas yang kooperatif. Tugas guru yang pertama adalah membimbing terlaksananya proses inquiry dan mendorong siswa agar berpartisipasi secara aktif. Selanjutnya juga mengarahkan siswa dalam proses pengujian hipotesis interpretasi data dan mengembangkan konstruksi temuan-temuan dari inquiry yang dilakukan.
f.     Inquiry training
Model ini diarahkan untuk mengajarkan siswa untuk proses dalam rangka mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena khusus. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunnya. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa terjadi.
Inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung teka-teki kepada siswa. Siswa-siswa yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah-masalah yang masih menjadi teka-teki tersebut. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan prosedur pengkajian sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan. Model ini dikembangkan melalui bebrapa langkah sebagai berikut;
1)   Mempertentangkan suatu masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan prosedur inquiry dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang bertentangan;
2)   Siswa melakukan pengumpulan data serta melakukan klarifikasi;
3)   Siswa melakukan pengujian hipotesis;
4)   Siswa mengorganisasikan data memberika penjelasan;
5)   Siswa melakukan analisis strategi inquiry dan mengembangkan secara lebih efektif.
g.   Synectics
Sintetik merupakan salah satu contoh model pembelajaran yang di desain oleh Gordon yang pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreativitas. Gordon menggagas model sinektik dalam empat gagasan yang intinya menampilkan perubahan pandangan konvensional tentang krreativitas. Pertama, kreativitas penting dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Ia menekankan kreativitas sebagai bagian dari kegiatan keseharian dari kehidupan kita. Bahwa setiap individu selalu menghubungkan proses kreatifitas dengan kegiatan yang ia lakukan. Karena kreatifitas di lihat sebagai bagian dari pekerjaan keseharian, maka model sinektik ini di rancang untuk mendorong kapasitas pemecah masalah, mengekspresikan kreatif, empati dan dorongan untuk memperkokoh hubungan-hubungan social. Kedua, proses kreatif tidak sepenuhnya merupakan hal yang misterius. Banyak aspek pada proses kreatif yang dapat dijelaskan dan bahkan sangat mungkin bagi seseorang untuk mengarahkan dirinya sehingga mampu mendorong berkembangnya kreativitas. Hal ini menurut Gordon (Aunurrohman, 2012: 162) bertentangan dengan pandangan konvensional yang melihat kreatifitas sebagai sesuatu yang misterius, tidak dapat di pelajari dan merupakan sesuatu yang sudah tidak dapat dirubah. Gordon yakin bahwa bilamana seseorang memahami dasar proses kreatif, maka ia dapat menggunakan pengetahuan yang ia miliki tersebut untuk mendorong kreatifitas didalam kehidupan dan aktivitas pekerjaan baik dalam melaksanakan kegiatan sendiri maupun sebagai bagian dari kelompok. Ketiga, temuan tentang kreatif berlaku sama pada berbagai bidang, baik seni, ilmu pengetahuan, engineering yang dicirikan dengan persamaan proses intelkektualnya. Ide-ide ini tentu berbeda dengan kebanyakan pendapat umum yang memandang bahwa kreatifitas hanya identik dengan dunia seni. Di dalam dunia sains dan engineering lebih dikenal dengan  istilah penemuan (invention). Asumsi keempat, bahwa penemuan/berpikir kreatif (creative thingking) individu pada prinsipnya tidak berbeda.
Penerapan model sinektik didalam proses pembelajaran dilakukan melalui enam tahap: (1) guru menugaskan siswa untuk mendeskripsikan situasi yang ada sekarang, (2) siswa mengembangkan berbagai analogy, kemudian memilih satu diantara analogy tersebut kemudian mendeskripsikan dan menjelaskannya secara mendalam, (3) siswa menjadi bagian dari analogy dari yang dipilihnya pada tahap sebelumnya, (4) siswa mengembangkan pemikiran dalam bentuk deskripsi-deskripsi dari yang dihasilkannya pada tahap 2 dan 3, kemudian menemukan pertentangan-pertentangan, (5) siswa menyimpulkan dan menentukan analogi-analogi tidak lansung lainnya, (6) guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah semula dengan menggunakan analogy-analogi terakhir atau dengan menggunakan seluruh pengalaman sinektik.
3.      Kelompok Model Personal
Model ini dikembangkan dengan beberapa tujuan esensial; (1) untuk mengarahkan perkembangan dan kesehatan mental dan emosional melalui pengembangan rasa percaya diri dan pandangan realistic tentang dirinya, dengan membangun rasa empati dirinya terhadap orang lain, (2) mengembangkan keseimbangan proses pendidikan beranjak dari kebutuhan dan aspirasi siswa sendiri, menempatkan siswa sebagai partner di dalam menentukan apa yang ia pelajari dan bagaimana ia mempelajarinya, (3) mengembangkan aspek-aspek khusus kemampuan berpikir kualitatif, seperti kreativitas, dan ekspresi-ekspresi pribadi. Yang termasuk model personal, yaitu:
a.    Pembelajaran tanpa arahan
Pembelajaran tanpa arahan merupakan model pembelajaran yang berfokus pada upaya memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar diorganisasi sedemikian rupa untuk membantu siswa mengembangkan integrasi kepribadian, meningkatkan ketepatgunaan, serta membantu merealisasikan harapan atau cita-cita siswa.model ini mengasumsi bahwa siswa mempunyai rasa tanggung jawab terhadap aktivitas belajarnya, karena keberhasilan tergantung kemauan yang ada pada dirinya. Model ini pada prinsipnya adalah meletakkan peranan guru untuk secara aktif membangun kerjasama yang diperlukan dan memberikan bantuan yang dibutuhkan pada saat para siswa mencoba memecahkan masalah.
Implementasi model pembelajaran tanpa arahan lebih banyak dilakukan dalam bentuk interviu tidak langsung yang dilakukan melalui beberapa urutan yang terbagi dalam lima fase. Fase pertama, membantu siswa mendefinisikan situasi. Fase kedua,  menemukan masalah. Fase ketiga, mengembangkan pemahaman/pengertian siswa. Fase keempat, merencanakan dan merumuskan keputusan. Fase kelima, intregasi dimana para siswa mendapatkan pemahaman lebih mendalam dan mengembangkan tindakan-tindakan positif. Fase keenam, siswa melakukan bentuk tindakan-tindakan positif.
b.    Model pembelajaran untuk meningkatkan rasa percaya diri (enhancing Self Asteem)
Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru di dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa, yaitu:
1)   Model latihan kesadaran (Ewareness Training Models)
Model latihan kesadaran adalah model pembelajaran yang diarahkan untuk merasa dan berpikir. Di dalam model ini terdapat serangkaian kegiatan yang dapat mendorong timbulnya refleksi hubungan antarindividu, citra diri atau self image, eksperimentasi dan penampilan diri.
2)   Model pertemuan kelas (Classroom meeting)
Di dalam kelas, model ini diwujudkan seperti layaknya rapat atau pertemuan di mana kelompok bertanggung jawab untuk membangun sistem sosial yang sesuai untuk melaksanakan tugas-tugas akademis dengan mempertimbangkan unsur perbedaan perseorangan dengan tetap menghargai tugas-tugas bersama dan hak-hak orang lain.
4.      Kelompok Model-model Sistem Perilaku
Model mengajar kelompok ini mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan tingkah laku secara efektif sehingga terbentuk pola tingkah laku yang dikehendaki. Terdapat beberapa bentuk model yang termasuk kelompok model ini, yaitu:
a.    Belajar Tuntas (Mastery Learning)
John B. Carroll (1971) dan Benjamin Bloom (1971) memberi gagasan bahwa belajar tuntas menunjuk kepada sebuah kerangka kerja untuk merencanakan urutan pembelajaran. Pada prinsipnya belajar tuntas adalah suatu aktivitas proses pembelajaran yang bertujuan agar bahan ajar dapat dikuasai secara tuntas oleh siswa.
Untuk dapat memahami bagaimana bentuk dan karakteristik belajar tuntas dapat diketahui dari beberapa ciri berikut:
1)   Setiap tujuan pembelajaran dinyatakan secara jelas dan terukur dan memuat apa yang harus siswa-siswa lakukan.
2)   Tujuan-tujuan pembelajaran harus dikelompokan.
3)   Tujuan pembelajaran harus merupakan pilihan tindakan yang benar-benar dan mungkin dapat dilakukan, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses pembelajaran benar-benar dapat diukur.
4)   Tujuan pembelajaran harus menggambarkan kebermaknaan urutan atau unit.

b.    Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang kegiatannya bertitik pusat pada aktivitas-aktivitas akademik. Sehingga dalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan control yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula. Pemberian arahan dan control secaraketat di dalam pengembangan model pembelajaran langsung ini terutama sekali dilakukan ketika guru menjelaskan tentang tugas-tugas belajar dan menjelaskan materi pelajaran. joyce, Weil dan Calhoun (2000) (Aunurrahman, 2011: 169) menyatakan bahwa tujuan utama model ini adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya motivasi belajar siswa serta meningkatnya kemampuan siswa. Sedangkan dampak pengiring meningkatnya percaya diri siswa, seperti pada gambar berikut;
c. Simulasi (Simulation)
Simulasi sebagai salah satu model pembelajaran merupakan penerapan dari prinsip sibernetik sebagai salah satu cabang psikologi Sibernetik menganalogika manusia dengan mesin yang memiliki sistem kendali yang mampu membangkitkan gerakan dan mengendalikan diri sendiri.
Simulasi yang diterapkan di kelas dirancang untuk mencapai kelebihan-kelebihan tertentu dalam pendidikan. Memulai model ini guru mengontrol partisipasi siswa dalam scenario permainan untuk menjamin bahwa kelebihan atau keuntungan dari model ini benar-benar dapat dicapai. Untuk menacapai hasil yang diharapkan melalui model ini dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1)      Tahap orientasi;
2)      Tahap latihan peserta;
3)      Tahap proses simulasi;
4)      Tahap pemantapan.
C.    Simpulan
Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran pada prinsipnya didasari pemikiran tentang keberagaman siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan beberapa dimensi psikologis lainnya.
Pengembangan model pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman guru terhadap karakteristik siswa, sebagaimana pula di dalam pengimplementasian prinsip-prinsip belajar yang telah dibahas sebelumnya. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan jenis pendekatan dan metode pembelajaran dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang komprehensif serta mampu mengambil keputusan yang rasional kapan waktu yang tepat untuk menerapkan salah satu atau beberapa strategi secara efektif. Kecermatan guru di dalam menentukan  model pembelajaran menjadi semakin penting, karena pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks yang di dalamnya melibatkan berbagai unsur yang dinamis.
Di antara pandangan yang banyak mendapat perhatian adalah model-model pembelajaran yang dikembangkan oleh Joyce, Weil dan Calhoun uyang mengkategorikan sejumlah model dalam empat kelompok besar.selain model-model pembelajaran tersebut, kita juga dapat mengkaji model-model pembelajaran yang lain.
Setiap model pembelajaran antara yang satu dengan yang lain terdapat banyak kesamaan, akan tetapi juga terdapat perbedaan. Masing-masing model tersebut memiliki ciri khusus yang memiliki kelebihan dan kekurangan  model-model tertentu untuk selanjutnya dapat dikombinasikan dengan model yang lain, karena tidak satupun model pembelajaran tunggal yang dapat merealisasikan berbagai jenis dan tingkatan tujuan pembelajaran yang berbeda. 

DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. 2011. Alfabeta: Jakarta.
Gintings, Abdurrakhman. Belajar dan Pembelajaran. 2008. Bandung: Humaniora
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar