1.
Piranti Kohesi
Menurut Halliday dan Hassan
(1976), unsur kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur leksikal dan unsur
gramatikal. Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi
yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal
adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
a. Piranti Kohesi
Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis,
digunakan piranti kohesi gramatikal sebagai berikut:
1) Referensi
Referensi berarti
hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai
referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis. Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi
dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis.
a) Referensi eksoforis
adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks wacana. Contoh: Itu
matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks,
yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’
b) Referensi endofora
adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana. Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis,
yaitu:
· Referensi anafora yaitu
satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih
dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri. Contoh: Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia
yakin Janah menerima lamarannya. Kata Dia pada kalimat (b) mengacu
pada kata Adi. Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat
tersebut berkaitan secara padu dan saling berhubungan.
· Referensi katafora
yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang
sebelah kanan. Contoh: Karena bajunya kotor, Gani pulang ke
rumah. Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama mengacu pada
antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua. Baik
referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona,
pronominal penunjuk, dan pronomina komparatif.
2) Pronomina
a) Pronomina Persona
adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang memerankannya. Dalam
bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.
|
Pronomina persona
|
Tunggal
|
Jamak
|
|
Persona pertama
|
Aku, saya
|
Kami, kita
|
|
Persona kedua
|
Kamu, engkau, anda
|
Kalian, kami sekalian
|
|
Persona ketiga
|
Dia, ia, beliau
|
Mereka
|
Contoh:
- Ida, kamu harus
belajar. (referensi bersifat anfora)
- Kamu sekarang harus
lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi bersifat katafora)
b) Pronomina demonstrasi
yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya
menggunakan kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu, di sini, di
situ, di sana dan sebagainya. Contoh: (a) “Di sini saya dilahirkan.
(b) Di rumah inilah saya dibesarkan,” kata Ani. Pronominal di sini pada
kalimat (a) mengacu secara katafora terhadap antesedan rumah pada kalimat (b).
c) Pronomina komparatif
adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antasedennya. Kata-kata yang
termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik,
serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagainya. Contoh: Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.
3) Substitusi
(penggantian)
Penggantian
adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur yang lain yang acuannya tetap
sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar
daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk,
1985: 863). Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata
ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.
a) Kata ganti orang
merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang. Contoh:
Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan Selatan.
b) Kata ganti tempat
adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu. Contoh:
Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan Timur. Di
sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat untuk mengolah buah sawit
menjadi minyak mentah.
c) Dalam pemakaian Bahasa
untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi, dapat
dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan
panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata. Contoh: Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa
Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar
yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia. Kata
demikian pada contoh di atas merupakan kata ganti hal yang menggantikan
seluruh preposisi yang disebutkan sebelumnya.
4) Elipsis (penghilangan/
pelepasan)
Elipsis adalah
proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Elipsis juga
merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada
tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Contoh: Tuhan selalu memberikan
kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam
penyusunan skripsi ini. (Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.
5) Konjungsi (kata
sambung)
Konjungsi
termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat.Piranti
konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu
sebagai berikut:
a) Piranti urutan waktu (Setelah
itu, sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya, waktu itu, sejak itu
dan ketika itu). Contoh: Ani memberikan sambutan
di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah itu dia akan berkunjung ke Pulau
Kumala.
b) Piranti Pilihan (untuk
menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan). Contoh: Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.
c) Piranti Alasan (seperti
meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu,
biarpun demikian, dan biarpun begitu). Contoh: Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.
d) Piranti Parafrase
merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti. Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan
pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan
kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam
karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
e) Piranti Ketidaserasian,
pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya,
bahkan sampai pada pertentangan. Contoh: Nyasar di Martapura, padahal
saya sudah melihat penunjuk jalan.
f) Piranti Serasian, digunakan
apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan yang selaras atau
sama. Contoh: Nia sangat dermawan, demikian juga dengan
ibunya.
g) Piranti konjungsi
tambahan/aditif (pula, juga, selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan
lagi, dan selain itu). Contoh: Masukkan
kentang dan wortel, selanjutnya beri garam dan gula secukupnya. Selain
itu, kita juga bisa menambahkan brokoli dan jagung manis.
h) Piranti
Pertentangan/Kontras (akan tetapi, tetapi, sebaliknya, namun, dsb). Contoh:
Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap berlatih agar
tidak terjadi penurunan. Diky sangat nakal, tetapi
ia pintar.
i) Piranti
Perbandingan/Komparatif (sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal
seperti itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu). Contoh:
Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair.
j) Piranti Sebab-akibat, contoh: Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya
rumah warga di sepanjang Jl. Yos Sudarso terendam banjir.
k) Piranti Harapan
(Optatif), hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang
mengandung suatu harapan atau doa. Contoh:
· Mudah-mudahan kejadian seperti itu
tidak terulang kembali.
· Semoga artikel ini bermanfaat
bagi pembaca.
l) Piranti Ringkasan dan
Simpulan, piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan dari bagian
yang berisi uraian. Contoh: Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat
buah apel bagi kesehatan yang telah saya sampaikan pada artikel ini. Jadi,
mulai sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.
m) Piranti Misalan atau
Contohan, berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang
bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan adalah contohnya, misalnya,
umpanya, dsb. Contoh: Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya
hamba, saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.
n) Piranti Keragu-raguan
(Dubitatif), piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih
menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali,
mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya. Contoh: Mungkin dia sedang sedih.
o) Piranti Konsesi:
memang, tentu saja, dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan
mengakui sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang
dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang atau tentu
saja. Contoh: Memang benar dia pintar.
p) Piranti Tegasan, proposisi
yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan di
resapi. Contoh: Untuk makan sehari-hari saja susah apalagi untuk
membeli rumah.
q) Piranti Jelasan, piranti
ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang berupa proposisi (pikiran,
perasaan, peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal) lanjutan. Contoh: Yang dimaksud braille adalah sistem tulisan dan cetakan untuk orang
buta.
b. Piranti Kohesi
Leksikal
Berupa kata atau frasa bebas yang mampu mempertahankan
hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau mengikuti. Menurut Rentel
(1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas dua macam yaitu:
1)
Reiterasi (pengulangan) Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan
yang kohesif. Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:
a)
Repetisi Ulangan: Repetisi atau ulangan
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan kohesif antarkaliamat.
Macam-macam ulangan atau repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia
seperti berikut:
· Ulangan Penuh, contoh: Buah Apel adalah salah satu buah
yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. Buah Apel memiliki
kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron,
tanin, asam tartar, dan lain sebagainya.
· Ulangan dengan bentuk
lain: Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata
lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama. Contoh: Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian
dimulai dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat
didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita
tahu.
· Ulangan dengan
Penggantian: Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti
dengan kata ganti. Contoh: Seorang yang berfilsafat dapat
diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia
ingin mengetahui hakikat dirinya.
· Ulangan dengan hiponim,
contoh: Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman rumah mulai
mengering. Bunga tidak mekar seperti biasanya.
b)
Kolokasi: Suatu hal yang selalu
berdekatan atau berdampingan dengan yang lain, biasanya diasosiasikan sebagai
kesatuan. Contoh: UUD 1945 dan Pancasila. Ada ikan ada air.
2.
Piranti Koherensi
Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan,
bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan
tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam
suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak
terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan. Contoh: Guntur kembali
bergema dan hujan menderas lebih hebat lagi. (b) Hati Darsa makin kecut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar