Jumat, 12 Juni 2015

E. PIRANTI KOHESI DAN KOHERENSI




1.   Piranti Kohesi
Menurut Halliday dan Hassan (1976), unsur kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur leksikal dan unsur gramatikal. Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
a.    Piranti Kohesi Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan piranti kohesi gramatikal sebagai berikut:
1)   Referensi
Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya mempunyai referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis. Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua macam, yaitu eksoforis dan endoforis.
a)    Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan lingual yang terdapat di luar teks wacana. Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang menerangi alam ini.’
b)    Referensi endofora adalah pengacuan satuan satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana.  Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
·      Referensi anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri. Contoh: Hati Adi terasa berbunga-bunga. (b) Dia yakin  Janah menerima lamarannya. Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada kata Adi. Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut berkaitan secara padu dan saling berhubungan.
·      Referensi katafora yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang sebelah kanan. Contoh: Karena bajunya kotor, Gani pulang ke rumah. Pronomina enklitik-nya pada kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua. Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina persona, pronominal penunjuk, dan pronomina komparatif.
2)   Pronomina
a)    Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti bergantung yang memerankannya. Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai berikut.
Pronomina  persona
Tunggal
Jamak
Persona pertama
Aku, saya
Kami, kita
Persona kedua
Kamu, engkau, anda
Kalian, kami sekalian
Persona ketiga
Dia, ia, beliau
Mereka

Contoh:
-       Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
-       Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi bersifat katafora)
b)   Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata: ini, itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu, di sini, di situ, di sana dan sebagainya. Contoh:  (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah inilah saya dibesarkan,” kata Ani. Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu secara katafora terhadap antesedan rumah pada kalimat (b).
c)    Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antasedennya. Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda, tidak beda jauh, dan sebagainya. Contoh: Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.
3)   Substitusi (penggantian)
Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863). Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.
a)    Kata ganti orang merupakan kata yang dapat menggantikan nama orang atau beberapa orang. Contoh: Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili Kalimantan Selatan.
b)   Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu. Contoh: Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di Kalimantan Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai alat untuk mengolah buah sawit menjadi minyak mentah.
c)    Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata. Contoh: Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia. Kata demikian pada contoh di atas merupakan kata ganti hal yang menggantikan seluruh preposisi yang disebutkan sebelumnya.
4)   Elipsis (penghilangan/ pelepasan)
Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. (Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.
5)   Konjungsi (kata sambung)
Konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat.Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
a)    Piranti urutan waktu (Setelah itu, sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya, waktu itu, sejak itu dan ketika itu). Contoh: Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.
b)   Piranti Pilihan (untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan hubungan pilihan). Contoh: Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.
c)    Piranti Alasan (seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun begitu). Contoh: Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.
d)   Piranti Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah dimengerti. Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
e)    Piranti Ketidaserasian, pada umumnya ditandai dengan perbedaan proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan. Contoh: Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat penunjuk jalan.
f)    Piranti Serasian, digunakan apabila dua buah ide atau proposisi itu menunjukkan hubungan yang selaras atau sama. Contoh: Nia sangat dermawan, demikian juga dengan ibunya.
g)   Piranti konjungsi tambahan/aditif (pula, juga, selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan lagi, dan selain itu). Contoh: Masukkan kentang dan wortel, selanjutnya beri garam dan gula secukupnya. Selain itu, kita juga bisa menambahkan brokoli dan jagung manis.
h)   Piranti Pertentangan/Kontras (akan tetapi, tetapi, sebaliknya, namun, dsb). Contoh: Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap berlatih agar tidak terjadi penurunan. Diky sangat nakal, tetapi ia pintar.
i)     Piranti Perbandingan/Komparatif (sama halnya, berbeda dengan itu, seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan itu, dan sejalan dengan itu). Contoh: Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair.
j)     Piranti Sebab-akibat, contoh: Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah warga di sepanjang Jl. Yos Sudarso terendam banjir.
k)   Piranti Harapan (Optatif), hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang mengandung suatu harapan atau doa. Contoh:
·      Mudah-mudahan kejadian seperti itu tidak terulang kembali.
·      Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.
l)     Piranti Ringkasan dan Simpulan, piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan dari bagian yang berisi uraian. Contoh: Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat buah apel bagi kesehatan yang telah saya sampaikan pada artikel ini. Jadi, mulai sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.
m) Piranti Misalan atau Contohan, berfungsi untuk memperjelas suatu uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan adalah contohnya, misalnya, umpanya, dsb. Contoh: Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya hamba, saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.
n)   Piranti Keragu-raguan (Dubitatif), piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya. Contoh: Mungkin dia sedang sedih.
o)   Piranti Konsesi: memang, tentu saja, dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan mengakui sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang atau tentu saja. Contoh: Memang benar dia pintar.
p)   Piranti Tegasan, proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat segera dipahami dan di resapi. Contoh: Untuk  makan sehari-hari saja susah apalagi untuk membeli rumah.
q)   Piranti Jelasan, piranti ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang berupa proposisi (pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal) lanjutan. Contoh: Yang dimaksud braille adalah sistem tulisan dan cetakan untuk orang buta.
b.   Piranti Kohesi Leksikal
Berupa kata atau frasa bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau mengikuti. Menurut Rentel (1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas dua macam yaitu:
1)   Reiterasi (pengulangan) Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang kohesif. Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:
a)   Repetisi Ulangan: Repetisi atau ulangan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan kohesif antarkaliamat. Macam-macam ulangan atau repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia seperti berikut:
·      Ulangan Penuh,  contoh: Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya.
·      Ulangan dengan bentuk lain: Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama. Contoh: Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
·      Ulangan dengan Penggantian: Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti dengan kata ganti. Contoh: Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya.
·      Ulangan dengan hiponim, contoh: Bila musim kemarau tiba, tanaman di halaman rumah mulai mengering. Bunga tidak mekar seperti biasanya.
b)   Kolokasi: Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang lain, biasanya diasosiasikan sebagai kesatuan. Contoh: UUD 1945 dan Pancasila. Ada ikan ada air.
2.   Piranti Koherensi
Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang di gunakan. Contoh: Guntur kembali bergema dan hujan menderas lebih hebat lagi. (b) Hati Darsa makin kecut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar